Karakteristik Paradigma Pendidikan Holistik

Tags

Karakteristik Pendidikan Holistik 

Dari sudut pandang filosofis pendidikan holistik adalah merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.

Dalam konteks ini, meminjam formulasi Heriyanto, setidaknya ada 2 karateristik pendidikan holistik yang harus diperhatikan, yaitu:

Karakteristik Paradigma Pendidikan Holistik

Pertama, paradigma pendidikan holistik berkaitan dengan pandangan antropologisnya bahwa subjek merupakan pengertian yang berkorelasi dengan subjek-subjek lain. Makna subjek dalam paradigma ini jauh berbeda dengan paradigma modern CartesianNewtonian, yaitu tidak terisolasi, tidak tertutup dan tidak terkungkung, melainkan berinterkoneksi dengan pengada-pengada lain di alam raya.

Kedua, paradigma pendidikan holistik juga berkarakter realispluralis, kritis-konstruktif, dan sintesis-dialogis. Pandangan holistik tidak mengambil pola pikir dikotomis atau binary logic yang memaksa harus memilih salah satu dan membuang yang lainnya, melainkan dapat menerima realitas secara plural sebagaimana kekayaan realitas itu sendiri.

Dalam konteks ini sistem pendidikan dibangun terpusat pada anak berdasarkan asumsi connectedness, wholeness dan being fully human. 

Pendidikan holistik sangat menafikan adanya dikotomi dalam berbagai bentuknya, seperti dikotomi dunia-akhirat, ilmu umumagama/ilmu shar’iyyah-ghairu shar’iyyah , akal-fisik, dan lain-lain.

Keduanya harus ada dan diperhatikan serta dibangun dalam relasi yang tidak terputus. Pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.

Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow dalam tulisan Syaifuddin Sabda, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya kesadaran, kejujuran, kebebasan atau kemandirian, dan kepercayaan. Dalam konteks ini, Howard Gardner menyebutkan ada 9 kecerdasan bagi siswa yang harus dikembangkan dan mendapat perhatian khusus, yaitu:

  1. Kecerdasan linguistik kecerdasan untuk membaca, menulis, bercerita, bermain kata dan menjelaskan. Pembentukan ini agar anak kelak berkemampuan dalam bidang pemberitaan, jurnalistik, berpidato, debat, percakapan dan lain-lain. 
  2. Kecerdasan logis atau matematis yaitu kecerdasan dalam bereksperimen, bertanya, memecahkan teka-teki dan berhitung. Pembentukan ini diarahkan agar anak berhasil dalam bidang matematika, akutansi, program komputer, perbankan dan lain-lain. 
  3. Kecerdasan spatial atau visual yaitu kecerdasan dalam mendisain, menggambar, membuat sketsa, menvisualisasikan. Pembentukan kecerdasan ini agar anak memiliki kemampuan yang baik antara lain membuat peta, fotografi, melukis, desain rencang bangun dan lainlain. 
  4. Kecerdasan body atau kenestetik yaitu kecerdasan untuk menari, berlari, membangun, menyentuh, bergerak dan kegiatan fisik lainnya. Pembinaan kecerdasan ini agar anak cemerlang dalam olah raga, seni tari, seni pahat, dan sebagainya. 
  5. Kecerdasan musikal adalah kecerdasan untuk menyanyi, bersiul, bersenandung, menghentak-hentakkan kaki atau tangan, mendengar bunyi-bunyian. Pembinaan kecerdasan ini diarahkan agar anak mempunyai kecenderungan ini akan sukses dalam bernyanyi, menggubah lagu, memainkan alat musik dan lain-lain. 
  6. Kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan untuk memimpin, mengatur, menghubungkan, bekerja sama, berpesta dll. Pembinaan kecerdasan ini agar anak berhasil dalam pekerjaan seperti guru, pekerja sosial, pemimpin kelompok, organisasi, politik. 
  7. Kecerdasan intrapersonal yaitu kecerdasan untuk suka mengkhayal, berdiam diri, merencanakan, menetapkan tujuan, refleksi. Pembinaan kecerdasan ini agar anak cemerlang dalam filsafat, menulis penelitian dan sebagainya. 
  8. Kecerdasan natural yaitu kecerdasan untuk suka berjalan, berkemah, berhubungan dengan alam terbuka, tumbuh-tumbuhan, hewan. Pembinaan kecerdasan ini agar anak dapat menguasai dan menyenangi dengan baik bidang botani, lingkungan hidup, kedokteran dan lainlain. 
  9. Kecerdasan eksistensialis yaitu kecerdasan untuk suka berfilsafat, suka agama, kebudayaan dan isu-isu sosial. Pada umumnya mereka berhasil dalam bidang keagamaan dan psikologi. 

Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon