Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Permasalahan Penyesuaian Sosial Remaja

A. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Upaya Guru Bimbingan dan Konseling

Upaya guru Bimbingan dan Konseling merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah dan memecahkan suatu persoalan. Sehingga dengan adanya upaya guru Bimbingan dan Konseling dapat ditemukannya jalan keluar dalam suatu persoalan tersebut. Menurut tim penyusun kamus bahasa Indonesia (2002: 109), upaya adalah usaha, syarat untuk mencapai suatu maksud. Oleh sebab itu upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pelaksaan proses bimbingan dan konseling untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang dicapai tersebut adalah untuk mengentaskan masalah penyesuaian sosial remaja.

Proses pendidikan di sekolah untuk mencapai suatu tujuan dalam pelaksanaan proses bimbingan dan konseling, tentu perlu adanya guru Bimbingan dan Konseling sehingga apa yang ingin dicapai oleh guru Bimbingan dan Konseling dapat terwujud dengan baik. Menurut Soejipto (2009: 110), menyatakan bahwa “Guru bimbingan dan konseling adalah orang yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik”. Dengan adanya hak dan kewajiban dari guru Bimbingan dan Konseling, maka proses pendidikan di sekolah akan mudah untuk mencapai tujuannya, seperti yang telah dijelaskan diatas. 

Guru merupakan seorang yang pekerjaanya mendidik serta membimbing dan membantu siswa agar menjadi seseorang yang mandiri, Menurut UU No 14 tahun 2005 pasal 1 menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Sehingga guru dapat diartikan sebagai tauladan yang patut untuk di gugu dan di tiru, sehingga guru dalam memberikan layanan tidak di perbolehkan mengarang dan salah dalam mendidik siswa, karena apapun yang di katakan oleh guru maka siswa akan menuruti dengan baik. Selanjutnya menurut Prayitno (2004: 3) menjelaskan bahwa konselor adalah Guru pembimbing atau konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing atau guru bimbingan dan konseling adalah guru yang berkewajiban membantu siswa yang mengalami kesulitan atau masalah dalam bidang pribadinya, sosial, karier, belajar, keagamaan, keluarga dan kehidupan berkewarganegaraan dengan melakukan pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing atau konselor memiliki wewenang dalam melakukan pelaksanaan pada bidangnya sendiri dalam menangani masalah yang terjadi pada peserta didik, baik masalah yang dapat diselesaikan di sekolah maupun di rumah.


2. Syarat Guru Bimbingan dan Konseling


Pekerjaan sebagai guru Bimbingan dan Konseling bukanlah tugas yang sangat mudah dan ringan. Karena setiap individu yang ditangani guru Bimbingan dan Konseling memiliki karakter yang berbeda-beda. Sebagai guru Bimbingan dan Konseling disekolah dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai kemampuan untuk menghadapi berbagai macam peserta didik.Oleh karena itu sebagai guru bimbingan dan konseling sekolah harus memenuhi syarat tertentu.


Berikut paparan menurut Wagilto (2010: 40-41) mengemukakan agar pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun segi praktik.
  2. Dari segi biologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang bijaksana.
  3. Seorang pembimbing harus sehat jesmani dan psikisnya.
  4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
  5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan dan konseling dapat berkembang kearah yang lebih sempurna untuk kemajuan sekolah.
  6. Karena setiap gerak dari pembimbing tidak terbatas hanya sekolah saja maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam segala perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
  7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.

Berikutnya menurut Arifin dan Eti Kartikawati dalam Tohirin (2011: 117) menyatakan petugas guru Bimbingan dan Konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar kualifikasi, seperti:


1) Syarat yang berkenaan dengan kepibadian

Seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan pembentukan prilaku dan kepribadian klien. Upaya ini akan lebih efektif apabila dilakukan oleh seseorang yang memiliki kepribadian baik pula.

2) Syarat yang berkenaan dengan pendidikan.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan yang profesional. Setiap pekerjaan profesional menuntut persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan. Seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi yaitu jurusan bimbingan dan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.

3) Syarat yang berkenaan dengan pengalaman

Pengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berkonstribusi terhadap keluasan wawasan bimbingan dan konseling atau konselor yang bersangkutan. Selain itu, pengalaman hidup pribadi guru bimbingan dan konseling atau konselor yang mengesankan, juga turut membantu upaya guru bimbingan dan konseling mencari alternatif pemecahan masalah siswa.

4) Syarat yang berkenaan dengan kemampuan

Kepemilikan kemampuan atau kopetensi dan keterampilan olehguru bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kopetensi) dan keterampilan, tidak mungkin guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan seorang guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki syarat yang mutlak dimiliki yaitu kepribadian yang baik yang mana menjadi seorang guru bimbingan dan konseling harus dapat mengambil tindakan yang bijaksana, pendidikan yang memenuhi syarat profesional minimal sarjana bimbingan dan konseling, jika tidak memiliki pendidikan minimal dapat mengikuti seperti seminar dan work shop terkait bimbingan dan konseling, pengalaman terhadap keluasan wawasan bimbingan dan konseling, kemampuan atau kopetensi dalam keterampilan guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan kepada peserta didik atau klien.

3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling sangatlah penting dipendidikan. Karena menjadi guru bimbingan dan konseling itu tidaklah mudah, maka guru Bimbingan dan Konseling memiliki tugas-tugas pokok yang harus di lakukan dalam proses pemberian layanan. Menurut Sudrajat (2009: 40), tugas guru Bimbingan dan Konseling atau konselor yaitu membantu peserta didik, seperti:
  1. Pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
  2. Pengembangan kehidupan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan dan bermanfaat.
  3. Pengembangan kemampuan belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah atau madrasah secara mandiri.
Dari yang telah dijelaskan diatas, bahwa tugas guru Bimbingan dan Konseling adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam belajar, maka Hikmawati (2011: 23), juga memnjelaskan bahwa tugas guru Bimbingan dan Konseling seperti:

1. Mengadministrasi kegiatan bimbingan dan konseling
2. Melaksanakan tindak lanjut hasil analisis evaluasi
3. Menganalisis hasil evaluasi
4. Menganalisis proses hasil layanan bimbingan dan konseling
5. Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
6. Melaksanakan layanan bidang bimbingan
7. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
8. Melaksanakan program bimbingan dan konseling
9. Memasyarakatkan bimbingan dan konseling

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas guru Bimbingan dan Konseling itu mencakup berbagai macam membantu peserta didik dalam pendidikan baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah, memberikan layanan sesuai dengan bidang, program, kegiatan pendukung, tindak lanjut setelah pelaksanaan layanan tersebut.

B. Penyesuaian Sosial Remaja

1. Pengertian penyesuaian Sosial Remaja

Penyesuaian sosial merupakan salah satu faktor yang penting dalam perkembangan sosial individu secara umum bagi anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Secara khusus akan dibahas tentang penyesuaian sosial untuk dapat menjalin secara harmonis antara tuntutan pada diri sendiri dan lingkungan.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar hubungan interaksi berjalan baik diharapkan manusia mampu untuk beradaptasi atau menyesuaiakan diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Dengan kata lain berhasil atau tidaknya manusia dalam menyelaraskan diri dengan lingkungannya sangat tergantung dari kemampuan penyesuaian dirinya. Berkaitan juga dengan yang di kemukakan Hurlock (2000:), Penyesuaian social adalah:

“Wujud penyesuaian diri seseorang terhadap kehidupan sosialnya, penyesuaian sosial yang berhasil akan menuju ke kondisi mental yang baik dalam arti mampu memecahkan masalahnya dengan cara realistis, menerima dengan baik sesuatu yang tidak dapat dihindari, memahami secara obyektif kekurangan orang lain yang bekerja dengan dirinya.”

Dalam kehidupan masyarakat sering terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan hukum adat-istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dimasyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, masyarakat sekolah, atau anggota masyarakat. Sehingga dalam penyesuaian sosial yang kurang baik akan berdampak negatif di lingkungan sosial.

Penyesuaian sosial disekolah sangat berpengaruh bagi peserta didik, sama halnya seperti yang dijelaskan menurut Schneiders (dalam Nugroho, 2003) penyesuaian sosial di sekolah diartikansebagai kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah sehingga siswa mampu berinteraksi secara wajar dan interaksi yang terjalin dapat memberikan kepuasaan bagi diri dan lingkungannya.

Dalam penyesuaian sosial terjadi interaksi dengan orang lain, dimana interaksi tersebut terjadi apabila orang saling mengenal antara individu satu dengan individu lainya. Seseorang yang melakukan penyesuaian sosial, berarti menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Pengertian penyesuaian sosial menurut Kartini Kartono (dalam Nurdin, 2009: 87) ialah:

Penjalinan secara harmonis suatu relasi dengan lingkungan sosial. Mempelajari tingkah laku yang diperlukan, atau mengubah kebiasaan yang ada, sedemikian rupa, sehingga cocok bagi suatu masyarakat sosial”. Keseluruhan proses hidup dan kehidupan individu akan selalu diwarnai oleh hubungan dengan orang lain, baik itu dalam lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas. Sebagai makhluk sosial individu selalu membutuhkan pergaulan dalam hidupnya dengan orang lain, pengakuan dan penerimaan terhadap dirinya dari orang lain.

Penyesuaian sosial merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan sosial individu secara umum bagi anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Secara umum penyesuaian sosial bertujuan untuk dapat menjalin secara harmonis antara tuntutan pada diri sendiri dan tuntutan lingkungan teman sebaya.

Sedangkan penyesuaian sosial, Schneirders (dalam Hurlock, 2002: 97) mengatakan penyesuaian sosial merupakan:

Proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya. Penyesuaian sosial dapat berlangsung karena adanya dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan ini adalah untuk mencapai keseimbangan antara tuntutan sosial dengan harapan yang ada dalam dirinya.

Istilah penyesuaian mengacu kepada seberapa jauhnya kepribadian seseorang mempunyai manfaat secara baik dan efisien dalam masyarakat. Penyesuaian juga diartikan sebagai interaksi yang kontinyu antara diri individu sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia luar. Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik. Dari diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada diri individu, tubuh, perilaku dan pemikiran serta perasaan. Orang lain yaitu orang-orang disekitar individu yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan individu. Dunia luar yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi individu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan. Wujud dari keberhasilan penyesuaian sosial antara lain kemampuan individu dalam menjalin komunikasi dengan orang lain, menyelaraskan antara tuntutan dirinya dan tuntutan lingkungan, memenuhi aturan kelompok masyarakat dan mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kelompok, ikut berpartisipasi dalam kelompok, menyenangkan orang lain, toleransi dan lain sebagainya.

Menghadapi masalah yang begitu kompleks, banyak remaja dapat mengatasi masalahnya dengan baik, namun tidak jarang ada sebagian remaja yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Remaja yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi sekolah menurun, hubungan dengan teman menjadi kurang baik serta berbagai masalah dan konflik lainnya yang

Dalam penelitian ini penyesuaian sosial remaja disekolah diartikan sebagai kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain dan situasi-situasi tertentu yang ada di lingkungan sekolah secara efektif dan sehat, sehingga ia memperoleh kepuasaan dalam upaya memenuhi kebutuhannya, yang dapat dirasakan oleh dirinya dan orang lain atau lingkungannya.

2. Masalah-Masalah dalam Penyesuaian Sosial Remaja


Menurut Abin Syamsuddin (2000:137) mengemukakan mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja yaitu sebagai berikut:
  1. Munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik; munculnya sikap penolakan diri (self rejection) akibat body imagenya tidak sesuai dengan gambaran diri yangsesungguhnya; timbulnya gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu karena adanya perubahan suara (laki-laki) dan peristiwa menstruasi (perempuan); munculnya perilaku-perilaku s*ksual yang menyimpang pada remaja yang tidak terbimbing oleh norma.
  2. Munculnya sikap negatif terhadap pelajaran dan guru bahasa asing tertentu pada remaja yang mengalami kesulitan dan kelemahan dalam mempelajari bahasa asing; timbulnya masalah underachiever (remaja yang memiliki prestasi di bawah kapasitasnya) atau inferiority complex (rasa rendah diri) pada remaja yang tidak pernah tuntas. 
  3. Timbulnya masalah juvenile delinquency ketika keterikatan hidup dalam gang tidak terbimbing; tidak senang di rumah bahkan pergi dari rumah ketika terjadi konflik dengan orang tua.
  4. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan destruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya; ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar menemukan identitas pribadinya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja sekarang ini sangatlah mengganggu proses penyesuaiannya terhadap teman sebaya, karena dengan rasa tidak rasa percaya diri dalam menerima kenyataan yang ada pada dirinya akan menjadikan masalah tersendiri bagi remaja tersebut, seperti masalah kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, masalah tersebutterjadi pada peserta didik yang memiliki rasa kurang percaya diri, sehingga masalah tersebut menjadikan momok bagi peserta didik untuk mengembangkan pergaulannya didalam lingkungan sosial maupun lingkungan sekolah.

3. Ciri-Ciri Penyesuaian Sosial Remaja

Penyesuaian sosial merupakan hal yang penting dalam diri seorang individu untuk memahami hal-hal yang berada di luar dirinya. Penyesuaian sosial yang baik di peroleh individu melalui proses belajar yang tidak terjadi dengan sendirinya. Jika terjadi hubungan atau interaksi yang kurang lancar akan membuat hambatan-hambatan atau kendala dalam dirinya. Untuk mengetahui penyesuaian sosial yang baik dan maupun yang kurang baik dapat di lihat cerminan pribadi individu tersebut.

Menurut Daradjat (2001:37) ciri-ciri kepribadian individu yang memiliki penyesuaian sosial yang baik adalah sebagai berikut: Suka bekerja sama dengan orang lain dalam suasana saling menghargai, Adanya keakraban, Empati, Disiplin diri terutama dalam situasi sulit dan Berhasil dalam sesuatu hal di antara kawan-kawannya.

Sehingga penyesuaian sosial yang baik akan dilakukan oleh peserta didik yang mengerti dengan gamblang seperti apa yang dijelaskan diatas. Peserta didik yang memiliki wawasan lingkungan luas, ia akan mudah dalam menyesuaikan dirinya dimanapun ia tinggal, sehingga dalam hal ini seseorang akan berhasil dalam menyelesaikan masalah dalam dirinya.

Seseorang dikatakan memiliki penyesuaian sosial yang positif apabila seseorang tersebut dapat menunjukkan ciri-ciri seperti yang dijelaskan oleh Sundari (2005:43) berikut ini :
  1. Tidak adanya ketegangan emosi. Bila individu menghadapi masalah, emosinya tetap tenang, tidak panik,sehingga dalam memecahkan masalah dengan menggunakan rasio dan dapat mengendalikan emosinya.
  2. Dalam memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan rasional, mengarah pada masalah yang dihadapi secara langsung dan mampu menerima segala akibatnya.
  3. Dalam memecahkan masalah bersikap realistis dan objektif.
  4. Bila seseorang menghadapi masalah segera dihadapi secara apa adanya,tidak ditunda-tunda. Apapun yang terjadi dihadapi secara wajar tidak menjadi frustrasi, konflik maupun kecemasan.
  5. Mampu mempelajari ilmu pengetahuan yang mendukung apa yang dihadapi, sehingga dengan pengetahuan itu dapat digunakan menanggulangi timbulnya masalah.
  6. Dalam menghadapi masalah butuh kesanggupan membandingkan pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, yang mana pengalaman-pengalaman ini memberikan sumbangan dalam membantu memecahkan masalah.
Dapat disimpulkan bahwa dari ciri-ciri penyesuaian sosial yang baik adalah individu yang mampu memenuhi harapan lingkungannya, bersedia menerima tanggung jawab dan berani mengambil resiko atas perbuatannya, dapat bekerja sama dengan orang lain, saling menghormati dan menghargai orang lain, disiplin dalam tugas dan masalah yang terjadi dalam lingkungan kelompok, memiliki prestasi yang baik.

4. Aspek-Aspek Penyesuaian Sosial di Lingkungan Sekolah


Dalam lingkungan sekolah siswa tidak hanya mengalami perkembangan fisik dan intelektualnya saja, tetapi juga membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk bersosialisasi agar mencapai kematangan sosial dalam mempersiapkan dirinya menjadi orang dewasa yang memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang memadai. Yusuf (2007: 95) mengungkapkan bahwa:

Sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial tempat individu berinteraksi, harus mampu menciptakan dan memberikan suasana psikologis yang dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

Berikutnya Hurlock (2002:87) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian sosial sebagai berikut:
  1. Penampilan nyata. (Overt performance) yang diperlihatkan individu sesuai norma yang berlaku di dalam kelompoknya, berarti individu dapat memenuhi harapan kelompok dan ia di terima menjadi anggota kelompok tersebut.
  2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok. Artinya bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri secara baik dengan setiap kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya maupun orang dewasa.
  3. Sikap sosial. Artinya individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, ikut pula berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya dengan baik dalam kegiatan sosial.
  4. Kepuasan pribadi, ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompoknya dan mampu menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.
Berikut ini adalah aspek-aspek penyesuaian sosial yang dijelaskan menurut Kartono (2005):
  1. Memiliki perasaan atauafeksi yang kuat, harmonis dan seimbang sehingga selalu merasa bahagia, baik budi pekertinya dan mampu bersikap hati-hati.
  2. Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrasi secara utuh, hal ini ditandai dengan dimiliknya kepercayaan, baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, mempunyai sikap tanggungjawab, memahami orang lain dan mengontrol diri.
  3. Mempunyai relasi sosial yang memuaskan, ditandai dengan kemampuan bersosilasisasi dengan baik dan ikut berpartisipasi dalam kelompok
  4. Mempunya istruktur sistem syaraf yang sehat dan memiliki pertahanan psikis untuk mengadakan adaptasi.
  5. Mempunyai kepribadian yang produktif ,dapat merealisasikan diri dengan melaksanakan perbuatan susila.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak aspek-aspek dalam penyesuaian sosial yaitu penampilan nyata seorang individu sesuai norma yang berlaku, Kepribadian yang produktif, relasi sosial yang baik, ikut serta berpartisipasi dan menjalalankan perannya dengan baik dalam kegiatan sosial agar tercapai kepuasan diri sebagai pribadi serta tidak mengabaikan hak yang sama pula terhadap orang lain.


C. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Mengentaskan masalah Penyesuaian Sosial Remaja

Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam memperlancar proses penyesuaian sosial remaja khususnya di sekolah menurut Sunarto (2002: 239-241), antara lain: Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi peserta didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis, Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak, usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya, menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan semangat belajar, menggunakan prosedur evaluasi dapat memperbesar motivasi belajar, ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, peraturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami oleh siswa teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan, kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa dalam mendidik siswa agar dapat terentaskan dari masalah penyesuaian sosial, maka guru Bimbingan dan Konseling melakukan kegiatan dengan menggunakan sarana pembelajaran yang efektif, guru Bimbingan dan Konseling terjun secara langsung untuk membina peserta didiknya agar berhasil dalam menyesuaikan dirinya dilingkungan sosial dimanapun ia tinggal. Upaya guru Bimbingan dan Konseling yaitu dengan mengingatkan kepada siswa agar siswa giat melakukan penyesuaian diri dan sosial dengan baik, agar kebutuhan yang siswa inginkan dapat tercapai dengan baik. Setiap siswa diharapkan dapat melakukan penyesuaian yang baik. Penyesuaian sosial yang baik akan menghasilkan kepuasan diri yang maksimal, baik didalam lingkungan sekolah, masyarakat, maupun di lingkungan rumah. Setiap siswa yang berhasil menyesuaikan diri sudah pasti ia memiliki banyak teman, dan mudah bergaul di manapun ia tinggal. Seperti halnya penyesuaian sosial merupakan tahap dimana individu melakukan penyesuaian dengan lingkungan masyarakat dengan cara-cara yang telah di di tentukan oleh sekolah, seperti bakti sosial, masa orientasi siswa atau sering di sebut dengan MOS, hasil dari penyesuaian diri yang baik akan menciptakan keindahan dalam diri setiap peserta didik.

Menurut Al-Mighwar (2006: 217-218) upaya menumbuh kembangkan penyesuaian sosial remaja yaitu:
  1. Menciptakan interaksi edukatif yang membuat remaja merasa aman untuk mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai aktivitas keluarga atau sekolah, sehingga dia terlatih menyesuaikan sosial dalam interaksi yang berguna bagi dirinya.
  2. Menghilangkan, atau minimal menghindari perilaku negatif di hadapan remaja, hal ini karena akan menimbulkan kesan negatif yang cenderung ditiru oleh remaja, sehingga proses penyesuaian sosialnya ke arah yang lebih baik akan terganggu atau terhambat.
  3. Mencegah peranan yang kontradiktif dengan jenis kelamin remaja, seperti laki-laki memerankan tugas perempuan atau sebaliknya, karena hal itu akan berakibat buruk pada penyesuaian sosialnya kelak. Upaya-upaya untuk memperlancar proses penyesuaian sosial ini sangat penting dan juga sangat diperlukan oleh siswa, terutama yang mempunyai tingkat penyesuaian sosial yang rendah.
  4. Upaya yang dapat dilakukan peserta didik dalam menumbuh kembangkan dilingkungan yaitu menghindari perbuatan yang melanggar norma dan tata tertip yang telah ditetapkan, menjaga hubungan dengan baik antar sesama teman, meningkatkan kualitas diri agar dapat dihargai dalam lingkungan sosial, dan memiliki sifat saling tolong menolong sesama teman.
Menurut Satori dkk. (2007) menyatakan bahwa upaya membantu peserta didik dalam mengatasi masalah penyesuaian sosial peserta didiik menghendaki keterampilan khusus bagi guru. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan guru Bimbingan dan Konseling untuk memperoleh penyesuaian lingkungan belajar yang sehat, antara lain :
  1. Memanfaatkan pendekatan pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungsi bimbingan dalam proses belajar dan pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang dimaksudkan seperti sosiometri, diskusi, dan bermain peran.
  2. Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan atau orang tua siswa. Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif bagi pemecahan kasus.
  3. Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di sekolah seyogianya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar, tetapi juga memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik, walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
  4. Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniyah kedalam kurikulum sebagai bagian terpadu dari materi belajar dan pembelajaran yang harus disajikan.
  5. Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu peserta didik dalam mengatasi masalah penyesuaian sosial untuk memperoleh penyesuaian lingkungan yang sehat dapat menggunakan alternatif yang telah dijelaskan pada paparan diatas, dimana peserta didik harus bisa menyesuaikan keadaan lingkungan yang sehat untuk meraih kesuksesan dalam belajar dan menyelesaikan masalh yang ada didalam dirinya.

D. Kerangka Berfikir

Penyesuaian sosial merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan sosial individu secara umum bagi anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Secara khususakan dibahas tentang penyesuaian sosial remaja untuk dapat menjalin secara harmonis antara tuntutan pada diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Bagi peserta didik sekolah merupakan lingkungan penting bagi perkembangannya dalam melakukan penyesuaian sosial, karena didalamnya terjadi komunikasi antar peserta didik yang satu dan lainnya. Dalam mengentaskan masalah penyesuaian sosial yang terjadi pada peserta didik guru Bimbingan dan Konseling melakukan layanan secara mendalam yang disebut sebagai layanan bimbingan.

Mengingat pentingnya penyesuaian sosial bagi kehidupan peserta didik, maka sejak dini peserta didik perlu diberikan bekal untuk saling tegur sapa dengan teman seusianya. Sehingga pada usia remaja dan dewasa peserta didik tersebut sudah mampu melakukan penyesuaian sosial dengan lingkungan dimana peserta didik berada. Berdasarkan Daftar pustaka dan fokus penyesuaian sosial jika dituangkan dalam kerangka fikir nampak pada gambar dibawah ini


Artikel Terkait

Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Berkunjung Di Blog Ini 😁


EmoticonEmoticon